Kisah Perjalanan
Hari Minggu
Pada hari Minggu ku pergi ke Jakarta Kota
Naik commuter line ku duduk nyelip di tengah dua wanita
Punggung pegal namun ku bawa tidur saja
Tak lama pak masinis bicara bahwa kereta kita telah tiba
Ku cukup bahagia karena kereta tak tertahan lama
Namun tak lama ketika hendak masuk stasiun kota, kereta berhenti seketika
Pak masinis bilang ada antrian, maka kereta harus berhenti segera
Bokong mulai pegal apalagi punggung sudah tersiksa
Akhirnya ku putuskan untuk berdiri saja
Ku berdiri sambil berdoa agar kereta bergerak segera
Namun doa belum terijabah tiba-tiba listrik mati seketika
Syukur tak lama ia segera menyala
Pukul lima sore ku putuskan untuk pulang kembali
Namun kereta tak kunjung datang aku segera merebahkan badan di bangku empat kaki
Ku menunggu sambil memakan kue sisa siang tadi
Namun posisi kereta masih misteri
Tak sadar ternyata waktu magrib menghampiri
Segera ku berjalan menuju mushola sebelum terlalu penuh nanti
Wudhu dan mukena ku menanti
Namun sayang, bolak-bolak diselak mbak-mbak dan ibu-ibu yang tergesa setengah mati
Ku hanya bisa menahan amarah hati
Dan berencana berdoa saja pada Tuhan ketika dapat mukena nanti
Akhirnya tiba jua ku di rumah
Tak sabar ingin kasur tuk berebah
Segera ku bebersih dan menengadah
Bersapa-sapa dengan si kasur murah meriah
Segera ku berserah
Dan mimpi indah
06 Januari 2017
Yuna
Aku dan Bus Kota
Aku dan Bus Kota
Terkadang ini yang kurindukan dari perjalanan membosankan dengan bus kota
Gemerincing besi hordeng yang bertabrakan saat roda tersandung jalan bergerigi atau terjeblos lubang yang meleset mata
Deru knalpot yang kadang membesar kadang mengecil berkali-kali
Riuh suara percakapan yang sayup terdengar dari depan, belakang, kanan, kiri
Suara lagu dari beragam genre dan liriknya yang sering tak biasa. Membahas segala rupa isu dari mulai tragedi cinta sampai kisah suram kehidupan. Atau tentang kerinduan
Ada kalanya suara yang bergetar dari para manusia jalan yang menjadikan bus kota sebagai sumber mata pencaharian
Bayangan pohon yang menempel pada wajah dengan ragam ekspresi para penduduk jok yang kadang berbau asam
Dengan hembus udara segar seadanya dari mesin pendingin, dan silau terik matahari di kota di negeri tropis ini
Duduk sendiri menikmati segalanya dengan sekali waktu ditemani buku berhalaman tipis
Aku
dan bus kota
dan semua seisinya.
19 Maret 2017
Yuna
Perjalanan Bogor dan Sistem Pendidikan di Swedia
Malam itu saya dan dua orang teman saya berdiri dalam sebuah KRL menuju Pasar Minggu. Kami berencana untuk melihat tigapagi manggung di salah satu kafe di daerah Kemang. Sayang, belom sampe venue, ternyata tigapagi udah main duluan. Merasa sia-sia, akhirnya dengan kostum pulang kantor dan tanpa persiapan apapun, kita lanjut naik kereta sampe Bogor.
Bekasi – Karawang
Tulisan di bawah saya ambil dari blog lama saya yang kini telah saya usangkan. Karena banyak yang butuh (walau nggak tau masih relevan apa nggak), jadi saya putuskan untuk merepost tulisan ini dengan memperbaiki beberapa kata:
06 Desember 2014
Udah dua bulan lebih dua minggu saya kerja di Karawang. Kota yang terkenal jauh, debu, dan antah-berantah. Waktu awal kerja, saya sempet fix banget mau ngekos di sana. Kembali menjadi pengembara di kota orang. Tapi ternyata ke-fix-san itu wacana belaka hehe. Setelah sebulan ngekos di tempat sodara (yang dari 18 hari tinggal, saya pulang ke rumah 11 kali haha), saya memutuskan untuk pulang-pergi aja setiap hari. Karena ternyata pulang-pergi Bekasi-Karawang-Bekasi nggak sesulit yang saya bayangkan sebelumnya. Rutenya cukup simple dan banyak kendaraan yang bisa ngangkut orang Bekasi pengecut macam saya.
Catatan Sumba
Merasakan berkelana di Sumba adalah pengalaman yang sangat menggembirakan. Bukan cuma lihat alam yang masih mentah, tapi juga jadi tau recent stories yang terjadi di sana. Jadi, berikut beberapa informasi yang saya kumpulkan dan mungkin kamu butuhkan:
- Suku adat selalu punya satu hari dimana mereka akan berinteraksi bisnis di pasar, karena saya nggak nyatet apa nama sebutannya jadi mari kita sebut aaja dengan panggilan Hari Pasar. Baca lebih lanjut
Berkendara di Jepang
Perjalanan ke Jepang kemarin adalah perjalanan yang penuh dengan pengalaman. Dari makanan, tempat tinggal, sampai transportasi. Karena banyak hal-hal tak terduga, kayak keabisan tiket bis malam, mepet ngejar shinkansen, dan perjalanan ke desa, saya sama teman saya jadi banyak nyoba moda transportasi macem-macem.
Kineruku: Bandung Saat Sore, Teh, Buku-buku, dan Semilir Angin
Saat saya duduk di sebuah coffeeshop dekat rumah, dengan buku terbuka yang saya coba baca; hangat udara, latar musik yang tidak memuaskan, dan posisi meja yang kurang tepat, membuat saya berandai-andai untuk memiliki sebuah reading room dan tea house sendiri. Hari ini, semua perandaian yang muncul di benak saya saat itu, hadir dalam bentuk nyata. Walau sayang bukan reading room dan tea house milik saya, tapi saya senang ternyata impian saya berarti cukup bisa direalisasikan hehe. Tempat itu adalah Kineruku.
Fuji: Oase Bagi Para Penghindar Bingar
Pagi menuju kantor, saya selalu melalui kegiatan ini: dibonceng naik motor, turun dan sambung naik angkot, turun di stasiun dan naik KRL, melewati 10 stasiun, naik jembatan penyebrangan, menunggu busway, naik busway, dan turun setelah empat pemberhentian. Berulang setiap harinya, kecuali untuk beberapa okasi seperti terlambat bangun, motor dipakai, atau busway terlalu lama; saya harus naik ojek.
Di semua kegiatan itu tentu saya banyak bertemu orang. Dan banyak diantaranya yang selalu bawel sekaligus bersuara lantang, dan saya lebih banyak keselnya daripada nerima nasibnya.
Wairinding: Tenang Yang Mendamaikan
Menurut saya sikap impulsif adalah salah satu cara membuat hidup manusia lebih menyenangkan. Bayang-bayang kewajiban dan hidup monoton itu mematikan kemanusiaan kita. Hidup, tapi kayak mati. Ide impulsif itu terasa begitu cemerlang. Setidaknya bagi saya.