Berkendara di Jepang

jp 2

Perjalanan ke Jepang kemarin adalah perjalanan yang penuh dengan pengalaman. Dari makanan, tempat tinggal, sampai transportasi. Karena banyak hal-hal tak terduga, kayak keabisan tiket bis malam, mepet ngejar shinkansen, dan perjalanan ke desa, saya sama teman saya jadi banyak nyoba moda transportasi macem-macem. 

 BIS BANDARA

Awalnya saya mau beli 18kippu dan naik kereta aja untuk ke Tokyo, tapi karena satu dan lain hal, saya nggak jadi beli tiket 18kippu sama sekali selama trip saya di Jepang. Setelah bingung nyari kendaraan ke Tokyo yang murah meriah, karena kereta N’EX tuh mihil banget untuk ukuran rakyat menengah negara dunia ketiga kayak saya, maka bis menjadi jalan keluar maha tepat ‘tuk mengatasi segala gundah hati ini.

Rute bisnya adalah bandara Narita – Stasiun Tokyo. Harganya cuma 1.000 yen. Saya iseng cek jam untuk ikut merasakan ketepatan waktu orang-orang Jepang, dan daaaamn it is true! Di menit sesuai tiket, bis mulai jalan. Karena menggunakan bis juga, saya jadi mau nggak mau lewat tol nya Jepang.

Macet? Ada kok. Sepanjang jalan saya ke kota, arah kota menuju bandara jalannya cukup padat. Bahkan di bagian tertentu sempet berhenti dan mengantri panjang. Keluar tol pun saya mengalami sedikit (itungannya sedikit dibanding macetnya Jakarta) macet.

Yang menarik, di Jepang semua kendaraan sudah menggunakan chip khusus. Jadi ketika masuk dan keluar tol, tidak ada lagi mengantri bayar tol. Semua kendaraan melegang langsung dengan kecepatan standar, tidak perlu terlalu lama karena sensornya apik sekali. Tiba-tiba bis melewati alat kotak seperti alat tiket parkir masuk mall Jakarta, muncul bunyi crrt!, palang terangkat, dan bis melegang keluar tol dengan anggun. Khan maen. 

jp 8
Macet tol nya Jepang

KERETA

Tentu ini moda transportasi utama di negeri otaku ini. Sebagai pengguna KRL Jakarta, sungguh naik kereta di Jepang adalah hal yang subhanallah. Punctual tentu, interior bagus dan terawat, nggak ada iklan tv bersuara ribut yang membuat mood terombang-ambing, jalurnya rumit namun tertata sedemikian rupa, ac bekerja dengan baik, dan banyak lagi.

Tapi bicara soal ditahan, sekali waktu saya pernah merasakan ditahan di kereta Jepang haha. Itu waktu saya pergi ke Kamakura pada sore hari. Waktu denger pengumuman minta maaf kereta ketahan, saya nyaris ketawa karena mikir “Jauh-jauh ke sini saya kena tahan kereta juga? Haha”, tapi ternyata sebentar banget! Mungkin nggak sampe satu menit. Bahkan less than one minute aja dia minta maaf? Sehina itu terlambat di mata orang Jepang? Luar biasa.

Di kereta Jepang juga nggak se-strict KRL Jakarta yang nggak boleh ini itu. Di sini saya nggak liat larangan makan minum atau duduk di lantai. Untuk duduk, tentu nggak ada yang duduk di lantai. Tapi untuk makan minum, saya melihat banyak orang yang makan dan minum. Walau ya nggak makan nasi juga. Cukup makan roti atau camilan, juga minum.

Sempat juga saya menemukan sampah di salah satu kolong kursi penumpang kereta. Kalau tidak salah itu kereta chikatetsu (bawah tanah) menuju Shinjuku. Juga, sewaktu saya pergi menuju Nara, saya menemukan botol kopi sepertinya tertinggal di jendela kereta. 

jp 1
Kereta Jepang

TAKSI

Semua traveler setuju bahwa menghindari taksi di Jepang adalah salah satu tips untuk berhemat. Tapi namanya juga hidup, pasti ada aja momen yang rencanamu-bukanlah-takdirmu, maka pagi itu saya dan teman saya mau nggak mau naik taksi.

Dari awal emang kita rencana untuk naik taksi, tapi taksi koin. Konon kata temen saya di Fuji ada yang namanya taksi koin. Kemanapun tujuannya bayarnya cuma 150 yen. Sebagai traveler tentu taksi koin adalah sebuah anugerah. Tapi pas sampe pangkalan taksi, taksi koin tak jua muncul. Karena waktu mepet akhirnya kami tetep naik taksi.

Gimana rasanya naik taksi di Jepang? Pertama-tama; bener pintunya nutup sendiri. Naik taksi di Jepang itu benar-benar solusi tepat. Jalannya ngebut! Drivernya ramah, wangi, bersih, dan nggak banyak bacot haha. Mobilnya bersih, hmm banyak alas berenda haha, hangat (waktu itu cuaca di luar lagi dingin), dan ada argonya. Sampe tujuan, ternyata argonya tidak terlalu mahal. Masih sesuai dengan kantong kita,  walau saya lupa jumlah tepatnya. 

jp 4
Interior taksi Jepang

SHINKANSEN

Naik taksi demi mengejar shinkansen tentu adalah alasan yang masuk akal. Tiket shinkansen dari Fuji ke Kyoto tidak lah mure. Tapi ternyata naik shinkansen itu nggak sengebut Komeng naik Yamaha. Kamar mandinya keren, toiletnya nggak ada airnya #penting. Interiornya bagus, tapi nggak mengejutkan. Harga tiketnya mahal, tapi fisik tiketnya seuprit doang haha, sampe temen saya, “Ini tiketnya? Ini doang? YAELAH!” haha anaknya kuantitas banget deh.

Well, yeah, apakah jadinya saya juga akan bilang wajib naik shinkansen mumpung lagi di Jepang? Nggak sih. Saya nggak akan bilang gitu. Semua tetep sesuaiin kebutuhan dan kemampuan. 

jp 6
Tiket sekecil upil
jp 5
Interior shinkansen

BIS KOTA

Saya mengalami naik bus kota dengan dua tipe: yang pertama tipe daerah kecil dan kedua tipe daerah besar. Tipe pertama saya alami di Fuji, karena kotanya kecil banget transportasinya juga mengikuti kebutuhan. Bisnya persis travel Cipaganti haha, karena di Fuji orang lebih banyak menggunakan sepedah. Tipe bis kedua saya alami di Kamakura, Nara, dan Kyoto. Tipe bisnya sama. Naiknya dari tengah, masukin uang atau tap suica/one day pass, pencet tombol kalo mau berhenti, keluar dari depan sambil tap suica/one day pass lagi.

Bicara soal one day pass, menurut saya kartu ini lumayan banget untuk berhemat, khususnya di Kyoto, ini signifikan. Untuk di Kamakura, saya kurang cari info soal one day pass, tapi overall saya cuma naik bis tiga kali sekaligus pulang. Di Nara, saya prefer jalan kaki, karena sembari jalan kaki bakal bisa nemu rusa-rusa jinak yang jalan cuek di jalanan. Tapi kalo lelah banget kaki udah nggak berdaya sama sekali, ada bis yang keliling area wisata, ada juga one day passnya. Nah, untuk Kyoto one day pass (city bus pass) wajib. Why? Karena sekali jalan dekat ataupun jauh tarifnya sama; 250yen. Sedangkan one day pass hanya seharga 500 yen. Unlimited untuk berapapun jumlah tripnya.

jp 7
Bis kota di Kamakura

BIS ANTAR-KOTA

Belasan ribu yen selamat karena perjalanan dari Kyoto kembali ke Tokyo terhindar dari keharusan menggunakan shinkansen. Saya dan teman saya menggunakan alternatif terbaik yakni; bis malam antar-kota.

Selain lebih murah, bisa sekalian numpang tidur. Jumlah belasan ribu yen tadi ditambah dengan harga penginapan untuk semalam, artinya lebih hemat bisa lebih dari sekedar belasan ribu yen. Bisnya bagus, bersih, dan tenang. Supirnya ngebut, penumpangnya nggak ada yang makan pop mie di dalem bis, dan sampai tepat waktu. Sangat tepat waktu.

MOBIL PRIBADI

I’m a lucky bastard emang karena punya beberapa relasi di Jepang. Selain tempat tinggal hratistis, ditraktir makan pula hehe, juga dianter naik mobil lumayan hemat ongkos xixixi. Sama kayak bis, mobil juga punya chip untuk tol. Jadi saya berasa kayak presiden keluar masuk tol nggak perlu buka-buka jendela. Tapi, karena di Jepang yang orang-orangnya bukan anak-mobil kayak di Jakarta, maka parkiran adalah hal yang lumayan bikin deg-deggan.

Kalo di mall Jepang, parkiran gampang banget dicari nggak kayak di Jakarta! Tapi tarifnya sama-sama mihil kayak di Jakarta. Di non-mall, nggak bisa parkir sembarangan dan nggak ada kang parkir yang siaga niup peluit kalo kita mundurin mobil. Harus parkir di tempat parkir khusus yang tersedia. Keberadaannya banyak walau tetep harus nyari-nyari. 

SEPEDAH

Satu ini adalah experience yang amat lovely, karena merasa lucu banget keliling kota pake coat dan syal naik sepedah. Berasa kayak Anne Hathaway entah gimana caranya haha. Dan as I said before that am a lucky bastard who has relations in Japan, alhamdulillah lagi-lagi dapet gratisan dari temen-temen sekolahnya temen saya. Sepedahnya tipe sepedah ontel berkeranjang yang unyu kayak cewek-cewek Eropa.

Anyway, speaking about bicycle, di Arashiyama, banyak orang nyewa sepedah yang model delapan jam bayar 500 yen. Tapi, mending jangan langsung nyewa, karena di agak daleman saya nemu persewaan sepedah yang dijaga oleh nenek-nenek, yang hell cheapnya bukan main. Persewaan ini nawarin 100 yen aja untuk durasi waktu yang sama. Murah banget! Sayang waktu itu waktu tidak bersahabat, jadi saya nggak jadi nyewa. 

jp 3

Yang terbaik? Semua terbaik! Tapi yang paling menyenangkan dan susah dilupakan adalah bersepedahnya sih 🙂

Yuna

2 pemikiran pada “Berkendara di Jepang

Tinggalkan komentar