Ia begitu kecil. Berambut tipis, nyaris botak. Dengan rambut seperti itu, andai ia bertubuh besar dan memiliki tato, ia serupa sosok yang mampu menghajar laki-laki yang hobi memanggil wanita asal lewat. Tapi tidak. Karena nyatanya ia kecil, kecil sekali.
Di ujung jalan, lampu setengah hidup bernyala temaram. Kegelapan kadang hidup di tengah cahaya nan redup, seolah aman, tetapi menerkam siapa saja yang menatapnya terlalu lama. Saranku pada siapa yang membaca kisah ini, kuharap engkau tak pernah menatap di ujung kegelapan itu, meski ada terang yang setengah mati berusaha menyalak menantang gelap. Pergi lah selagi bisa!
Setelah nganggur lebih lama dari yang pernah saya alami sebelumnya, sungguh kangen banget rasanya sama yang namanya sibuk nyari duit. Dari kangen-kangen ini, saya jadi inget perjalanan saya bekerja. Dan pekerjaan yang saya sukai sepanjang pengalaman, selain menjadi buruh perusahaan multinasional di Jakarta, bekerja di LUSH Australia adalah salah satunya.
Waktu itu saya sedang tergeletak di kasur. Kelelahan menghadapi kerjaan part-time baru yang supervisornya setengah mati galak minta ampun. Lalu notifikasi sebuah pesan dari seorang teman datang. Ia menawari beberapa pilihan pekerjaan part-time lain dengan beragam kelebihan dan kekurangannya. Segala resiko, rencana, kemungkinan, berputar-putar dalam otak. Membuat perasaan tidak nyaman dan tambah lelah, tapi juga adem semeriwing karena ada kesempatan untuk bisa pergi meninggalkan si supervisor galak.
Lalu Empat Satu dari Frau tiba-tiba terdengar sangat masuk akal.
Mendadak sebuah postingan bonus untuk seri permensetsuan haha! Saya pikir akan sampai di perbaitoan aja pengalaman mensetsu saya, ternyata kejadian juga mensetsu ‘beneran’ di sebuah company di Jepang. Yang tidak terduga-duga, tapi sempet diharap-harap juga. Sekarang sih udah harus belajar ikhlas, karena endingnya nggak bahagia alias ditolak. Hiks. Saya percaya ditolak kerja bukan soal ketidakberuntungan, pasti ada hal yang patut untuk direview, pentingnya bukan buat memperbaiki kesalahan di masa yang akan datang, tapi lebih ke alasan nalar supaya nggak sedih berkepanjangan dan semangat untuk nyoba lagi. Bukannya nggak bisa dijadiin modal perbaikan di masa yang akan datang, tapi kadang menurut pengalaman saya, ‘masa yang akan datang’ itu nggak pernah sama kayak masa yang sudah lalu, jadi kadang sebenernya istilah ‘perbaikan untuk masa yang akan datang’ suka kurang praktikal buat saya hehe.
Saya bersekolah di Takushoku Bekka. Sebenernya dia itu program intensif bahasa Jepang milik Takushoku University; universitas swasta yang sudah berdiri selama kurang lebih 100 tahun di Jepang. ‘Bekka’ sendiri di sini levelnya seperti D1 di Indonesia, jadi tingkat keseriusan dan programnya sedikit berbeda dari sekolah bahasa Jepang lainnya.
Demi kelangsungan hidup di kota megapolitan ini, saya masih berjuang untuk mencari kerja sambilan alias part-time alias baito, untuk heijitsu alias weekdays alias hari kerja. Di tengah gundah gulana, dengan agak pasrah saya buka lagi aplikasi MyNavi Ryugakusei yang dulu saya pernah pakai. Dan nemu lah lowongan di supermarket Maruetsu Petite yang lokasinya cuma tujuh menit jalan kaki dari sekolah.
Suatu hari saya dapet telfon dari Tokyo Job. Pas ditelfon, saya sama sekali nggak inget apakah bener saya pernah lamar lewat site itu apa nggak, apakah ini scam apa nggak, tapi saya jawab-jawab aja waktu dia nanya soal job kayak gimana yang saya cari.
Masih menjaring restoran-restoran halal yang lokasinya nggak jauh dari rumah, akhirnya saya nemu si Malaychan ini. Dimensetsu langsung oleh ownernya, nenek-nenek Jepang yang bisa bahasa Inggris dan bahasa Melayu sedikit. Karena beliau bisa banyak bahasa, jadi mensetsunya terasa oke-oke aja. Dan alhamdulillah sinyalnya juga oke, karena based on pernyataan beliau, resto ini emang butuh staff muslim biar pengunjungnya nggak ragu kalo resto mereka beneran halal. Win win solution dong ya. Si owner juga bilang kalo beliau bakal ngajarin saya bahasa Jepang dan bagaimana cara bekerja di restoran karna saya belom pernah punya pengalaman kerja di restoran.
Entah semakin berani atau semakin nekat, saya lamar kerja di Uniqlo. Semua orang tau Uniqlo. Ya hampir setiap orang maksutnya. Kenapa Uniqlo? Karena kerja di Uniqlo boleh pake jilbab. Temen saya yang berjilbab kerja di Uniqlo. Waktu saya lagi belanjapun ada sistur yang kerja jadi cashier. Di toko lain, saya nemu ada yang jadi sales assistant. Jadi yaudah lah, coba aja dulu, siapa tau ada posisi di backroom kayak cerita di blog orang yang saya temuin (tapi lupa yang mana).